Minggu, 08 April 2012

Akuntansi Menengah & Praktek - Investasi Jk.Panjang


INVESTASI JANGKA PANJANG /  LONG TERM INVESTMENT



Investasi Jangka Panjang adalah:
Investasi yang dilakukan dalam jangka waktu beberapa tahun dan tidak dimaksudkan untuk memutarkan kelebihan uang kas.

Investasi jangka panjang dapat dilakukan dalam bentuk :
  1. Investasi dalam Obligasi
  2. Investasi dalam saham

 INVESTASI DALAM OBLIGASI


Bagi perusahaan yang mengeluarkannya, obligasi pada hakekatnya adalah surat pengakuan hutang, ia berbentuk surat dengan mencantumkan nilai nominal dan bunga yang telah ditetapkan. Perusahaan yang mengeluarkan obligasi mengakui berhutang kepada pemegang obligasi.
Biasanya Investasi dalam surat berharga ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam jangka panjang.


Contoh :

Piko membeli obligasi PT. Pooh pada tanggal  1 Mei 2008 sebanyak 2.500 lembar obligasi dengan kurs 102%, nominal perlembar obligasi Rp. 50.000. Biaya yang dikeluarkan pada saat pembelian sebesar Rp. 300.000, bunga 10% pertahun dibayarkan pada tanggal 1 Maret dan 1 September. Jatuh tempo dari obligasi pada tanggal 1 April 2011.


Perhitungan :

Harga beli : 2.500 lbr x Rp. 50.000 x 102%               =  Rp. 127.500.000
Biaya pembelian                                                      =  Rp.       300.000
                                                                                ----------------------
Harga perolehan                                                         Rp. 127.800.000                   
Bunga berjalan :
          2/12 x 10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000              =  Rp.    2.083.333
                                                                                ----------------------
Kas yang dikeluarkan                                                   Rp. 129.883.333


Jurnal :

1 Mei 2008 : Saat terjadi transaksi

Investasi dalam obligasi PT. Pooh          Rp. 127.800.000
          Pendapatan bunga obligasi                    Rp.    2.083.333
                   Kas                                                              Rp. 129.883.333





1 September 2008 : Penerimaan bunga obligasi

          Kas                                                     Rp. 6.250.000
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 6.250.000

          6/12  x 10%  x 2.500 lbr x Rp. 50.000  =  Rp. 6.250.000


31 Desember 2008 : Jurnal penyesuaian

          Piutang bunga obligasi                          Rp. 4.166.667
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 4.166.667

          4/12 x 10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000  = Rp. 4.166.667


          Pendapatan bunga obligasi                    Rp. 640.000
                   Investasi dalam obligasi PT. Pooh                    Rp. 640.000

          ( 8 x Rp. 80.000 = Rp. 640.000 )


Lama investasi :
1 Mei 2005   :   8 bulan
Tahun 2006 : 12 bulan
Tahun 2007 : 12 bulan
Tahun 2008 :   3 bulan
Total         : 35 bulan

HP – NN =  Rp. 127.800.000 – 125.000.000 = Rp. 2.800.000 ---à AGIO
        Rp. 2.800.000 / 35 = Rp. 80.000 / bln


1 Januari 2009 : Jurnal balik

          Pendapatan bunga obligasi                    Rp. 4.166.667
                   Piutang bunga obligasi                                   Rp. 4.166.667


1 Maret 2009 : Penerimaan bunga obligasi

Kas                                                     Rp. 6.250.000
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 6.250.000

          6/12  x 10%  x 2.500 lbr x Rp. 50.000  =  Rp. 6.250.000


1 September 2009 : Penerimaan bunga obligasi

Kas                                                     Rp. 6.250.000
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 6.250.000

          6/12 x10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000  =  Rp. 6.250.000


31 Desember 2009 : Jurnal penyesuaian

          Piutang bunga obligasi                          Rp. 4.166.667
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 4.166.667

          4/12 x 10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000  = Rp. 4.166.667


          Pendapatan bunga obligasi                    Rp. 960.000
                   Investasi dalam obligasi PT. Pooh                    Rp. 960.000

          ( 12 x Rp. 80.000 = Rp. 960.000 )


1 Januari 2010 : Jurnal balik

          Pendapatan bunga obligasi                    Rp. 4.166.667
                   Piutang bunga obligasi                                   Rp. 4.166.667


1 Maret 2010 : Penerimaan bunga obligasi

Kas                                                     Rp. 6.250.000
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 6.250.000

          6/12 x10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000  =  Rp. 6.250.000


1 September 2010 : Penerimaan bunga obligasi

Kas                                                     Rp. 6.250.000
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 6.250.000

          6/12 x10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000  =  Rp. 6.250.000


31 Desember 2010 : Jurnal penyesuaian

          Piutang bunga obligasi                          Rp. 4.166.667
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 4.166.667

          4/12 x 10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000  = Rp. 4.166.667


          Pendapatan bunga obligasi                    Rp. 960.000
                   Investasi dalam obligasi PT. Pooh                    Rp. 960.000

          ( 12 x Rp. 80.000 = Rp. 960.000 )


1 Januari 2011 : Jurnal balik

          Pendapatan bunga obligasi                    Rp. 4.166.667
                   Piutang bunga obligasi                                   Rp. 4.166.667

1 Maret 2011 : Penerimaan bunga obligasi

Kas                                                     Rp. 6.250.000
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp. 6.250.000

          6/12 x10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000  =  Rp. 6.250.000


1 April 2011 : Pada saat jatuh tempo

          Kas                                                     Rp. 126.041.667
                   Investasi dalam obligasi PT. Pooh                    Rp. 125.000.000
                   Pendapatan bunga obligasi                             Rp.     1.041.667

          ( 1/12 x 10% x 2.500 lbr x Rp. 50.000 = Rp. 1.041.667 )


          Pendapatan bunga obligasi                    Rp. 240.000
                   Investasi dalam obligasi PT. Pooh                    Rp. 240.000

          ( 3 x Rp. 80.000 = Rp. 240.000 )



Contoh :

Pada tanggal 1 Juni 2008 Piko membeli obligasi PT. Pimping sebanyak 6.000 lembar obligasi dengan kurs 98%, nominal perlembar obligasi Rp. 40.000, biaya yang dikeluarkan pada saat pembelian sebesar Rp. 500.000. Bunga 12% pertahun dibayarkan setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus. Obligasi akan jatuh tempo pada tanggal 31 Mei 2011.

Diminta :  Buatlah perhitungan dan jurnal yang diperlukan untuk memcatat transaksi diatas !


Contoh :

Pada tanggal 1 Oktober 2008 Piko membeli obligasi PT. Pimping sebanyak 10.000 lembar obligasi dengan harga beli perlembar obligasi Rp. 32.000, nominal perlembar obligasi Rp. 30.000, biaya yang dikeluarkan pada saat pembelian sebesar Rp. 350.000. Bunga 11% pertahun dibayarkan setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus. Obligasi akan jatuh tempo pada tanggal 31 Mei 2012.

Diminta :  Buatlah perhitungan dan jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi diatas !

 


INVESTASI DALAM SAHAM              
                  
Berdasarkan besarnya pengawasan/Kontrol yang dapat dilakukan maka investasi dalam saham dapat digolongkan menjadi 3 keadaan yaitu:
  1. Perusahaan yang melakukan investasi tidak dapat melakukan kontrol terhadap perusahaan dimana ia melakukan investasi.
  2. Perusahaan induk hanya dapat melakukan sebagian kontrol saja terhadap perusahaan anak tetapi mempunyai oengaruh yang cukup berarti.
  3. Perusahaan induk secara pasti dapat melakukan kontrol terhadap perusahaan anak

Ad 1.

Bila suatu perusahaan memiliki sebagian kecil saja dari saham yang beredar, maka investasi dinilai berdasarkan harga pokok. Pendapatan dari perusahaan anak diakui dan dicatat pada saat deviden telah diputuskan akan dikeluarkan.

Contoh : Pada tanggal 1 Juni 2009 FIGA membeli 500 Lembar saham PT. Nadya dengan harga Rp. 50.000.000 sedah termasuk komisi T Materai.
Jumlah saham yang dibeli merupakan sebagian kecil dari saham PT. Nidya. Tanggal 1 Februari 2012 PT. Nidya memutuskan untuk membagikan deviden sebesar Rp. 5.000 Perlembar saham.
Tanggal 1 Maret 2012 seluruh saham PT Nidya yang dimiliki oleh FIGO dijual kembali dengan total harga Rp. 51.000.000.

Jurnal : Percatatan atas transaksi diatas  FIGO adalah
1/6-2000 :     Investasi dalam saham                Rp. 50.000.000
                             Kas                                                     Rp. 50.000.000

½-2001 :     Piutang Deviden                          Rp. 2.500.000
                             Pendapatan Deviden                             Rp. 2.500.000


1/3-2001 :     Kas                                               Rp. 51.000.000
                             Investasi dalam saham                          Rp. 50.000.000
                             Laba                                                   Rp.   1.000.000

Rabu, 04 April 2012

Akuntansi Menengah & Praktek - PERSEDIAAN (INVENTORY)


PERSEDIAAN /INVENTORY


Adalah  : Nilai dari barang-barang yang masih ada atau masih dimiliki oleh perusahaan yang masih ada atau belum terjual atau belum terpakai sama sekali.

Pada perusahaan dagang persediaan yaitu:
Barang-barang yang dibeli untuk dijual kembali tanpa melalui proses pengolahan

Pada perusahaan pabrik persediaan dapat terbagi atas:
1.    Bahan Baku
2.    Bahan Penolong
3.    Barang dalam proses
4.    Barang jadi
5.    Suku cadang


METODE PENCATATAN PERSEDIAAN
A)   Metode Perpetual / Metode Terus Menerus
B)   Metode Physical / Metode fisik


Metode Perpetual

Untuk membukukan inventory berdasarkan metode perpetual seluruh pemasukan serta pengeluaran barang-barang di catat dalam perkiraan inventory yang bersangkutan. Pencatatan tersebut dilakukan dengan masing-masing barang sebesar harga beli dari barang yang bersangkutan.
Dengan menggunakan metode ini, maka berapa barang banyknya persediaan yang masih ada dalam barang akan dapat diketahui tanpa terus melakukan perhitungan atau penilaian kembali

KARTU STOCK


Tanggal

Pembelian
Penjualan
Saldo
Q
@
Rp
Q
@
Rp
Q
@
Rp










































Metode Physical


Untuk membukukan inventory berdasarkan metode Physical setiap pemasukan dan pengeluaran tidak dicatat kedalam perkiranaan inventory. Pembelian barang dagangan akan dicatat ke dalam perkiraan pembelian dan perkiraan lain yang menyertainya (Potonga Pembelian, Pembelian Return), sedangkan pengeluaran barang akan dicatat ke dalam perkiraan penjualan dan perkiraan lainnya yang menyertainya (Potongan, Pengembalian).




Dalam metode ini harga pokok penjualan di hitung pada laporan laba rugi :

Persediaan awal                             :  XXX
Pembelian                                     :  XXX +
Persediaan tersedia untuk dijual      :  XXX
Persediaan akhir                            : (XXX)
Harga pokok penjualan                   :  XXX


Metode penilaian terhadap persediaan
1.    FIFO ( First In First Out )
2.    LIFO ( Last In First Out )
3.    AVERAGE ( Rata-rata )
4.    Metode Indentifikasi khusus ( specific identification method )
5.    Metode taksiran / Estimasi
    1. Metode Eceran ( retail inventory method )
    2. Metode Laba Kotor ( gross profit method )

FIFO ( First In First Out )

Metode harga pokok persediaan dimana barang-barang yang terlebih dahulu dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali, persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.

LIFO ( Last In First Out )

Metode penetapan harga pokok persediaan dimana barang-barang yang paling akhir di beli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Persediaan akhir akan dinilai dengan harga pokok pembelian yang terdahulu.

AVERAGE (Rata-Rata)

Metode penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa harga pokok rata-rata dari barang yang tersedia dijual akan digunakan untuk menilai harga pokok barang yang dijual dan yang terdapat dalam persediaan.

METODE INDENTIFIKASI KHUSUS

Metode penetapan harga pokok untuk barang-barang yang dijual dan yang masih terdapat dalam persediaan yang didasarkan atas harga pokok yang dikeluarkan khusus untuk barang-barang yang bersangkutan.

 

METODE ECERAN


Metode penetapan harga pokok persediaan secara taksiran yang didasarkan atas hubungan yang terdapat dalam tahun berjalan, antara harga pokok dengan harga jual.

METODE LABA BRUTO

Metode penetapan harga pokok secara taksiran yang didasarkan atas hubungan yang terdapat dalam periode yang lalu, antara laba bruto dengan harga jual.



Contoh : Perbedaan dalam membuat jurnal dalam 2 metode tersebut:


Transaksi
M. Perpetual
M .Physical
1)
Tgl 16 Maret 2009 Perusahaan membeli 2.000 kg barang dagang seharga 600/kg


Persediaan Barang dagang
        Kas



Pembelian
   Kas


2)
Tgl 24 Maret 2009 barang dagang yang dibeli tgl 16 maret dikembalikan sebanyak 250 kg kepada penjualnya


Kas
   Persediaan  barang dagang


Kas
  Return pembelian


3)
Tgl 26 Maret dijual dengan tunai 200 kg barang dagang dengan harga Rp. 950/Kg

Kas
Penjualan


Kas
  Penjualan





Hrg.Pokok Penjualan
Persediaan badang dagang






4)
30 Maret diterima kembali dari pihak pembeli barang dagang sebanyak 15 kg karena rusak
Return Penjualan
Persediaan barang dagang







Return penjualan
      Kas




Persediaan barang dagang
H. Pokok penjualan










Contoh :

Berikut ini adalah informasi mengenai persediaan yang ada pada PT. A pada bulan April 2010 :

¼
:
Persediaan Awal
750 kg
Rp. 1.500
¾
:
Pembelian
800 kg
1.300
7/4
:
Pembelian
950 kg
1.450
11/7
:
Pembelian
1.000 kg
1.350
15/4
:
Penjualan
1.600 kg

18/7
:
Pembelian
500 kg
1.500
21/4
:
Penjualan
2.300 kg

24/4
:
Pembelian
1.050 kg
1.600
26/4
:
Pembelian
2.800 kg
1.650
28/4
:
Penjualan
1.600 kg

30/4
:
Penjualan
1.300 kg



Hitunglah  : Persediaan akhir barang dagang dan harga pokok penjualan dengan menggunakan metode penilaian FIFO, LIFO dan AVERAGE dan metode pencatatan Physical dan perpetual.


Jawab:

FIFO PHYSICAL


Persediaan awal :                  750 kg x Rp. 1.500           Rp. 1.125.000
Pembelian                   :
800 kg   x  Rp. 1.300           :        Rp. 1.040.000
950 kg   x  Rp. 1.450           :        Rp. 1.377.500
1.000 kg x Rp. 1.350            :        Rp. 1.350.000
500 kg    x Rp. 1.500           :        Rp.    750.000
1.050 kg  x Rp. 1.600           :        Rp. 1.680.000
2.800 kg  x Rp. 1.650                    :        Rp. 4.620.000                 
Rp. 10.817.500
Tersedia untuk dijual                                         Rp. 11.942.500
Persediaan akhir : (7.850 – 6.800 : 1.050)
1.050 kg x Rp. 1.650                                        (      1.732.500)
Harga pokok penjualan                                      Rp. 10.210.000


 FIFO  PERPECTUAL

RATA-RATA TERIMBANG --->  PHYSICAL


Persediaan awal :        750 kg x Rp. 1.500                     Rp. 1.125.000
Pembelian                   :
800 kg    x Rp. 1.300           :        Rp. 1.040.000
950 kg    x Rp. 1.450           :        Rp. 1.377.500
1.000 kg x Rp. 1.350            :        Rp. 1.350.000
500 kg    x Rp. 1.500           :        Rp.    750.000
1.050 kg x Rp. 1.600            :        Rp. 1.680.000
2.800 kg x Rp. 1.650           :        Rp. 4.620.000                 
Rp. 10.817.500
Tersedia untuk dijual                                         Rp. 11.942.500
Persediaan akhir : (7.850 – 6.800 : 1.050)
1.050 kg x Rp. 1.521,33                                    ( 1.597.396,5)
Harga pokok penjualan                                 Rp. 10.210.103,5


Rata-rata terimbang          : Rp.11.942.500
                                               7.850


PERPECTUAL

 

LIFO PHYSICAL


Persediaan awal              750 Kg x Rp. 1.500      Rp. 1.125.000
Pembelian
          800 kg    x 1.300                Rp. 1.040.000
          950 kg    x 1.450                Rp. 1.377.500
          1.000 kg  x 1.350               Rp. 1.350.000
          500 kg     x 1.500               Rp.    750.000
          1.050 kg  x 1.650              Rp. 4.620.000 
                                                                      Rp. 10.817.500
Tersedia untuk dijual                                         Rp. 11.942.500
Persediaan akhir (7.850-6.800 = 1.050)
          750 x Rp. 1.500    = Rp. 1.125.000
          300 x 1.300          = Rp.    390.000          (Rp. 1.515.000)
Harga pokok penjualan                                      Rp. 10.427.500

 






 Contoh :

Berikut ini informasi yang berhubungan dengan persediaan barang dagang  yang dimiliki oleh PT.A selama bulan Oktober 2009 sebagai berikut :

01/10     : Persediaan awal                             3.600 unit @ Rp. 2.500
04/10     : Pembelian                                     5.000 unit @ Rp. 2.550
09/10     : Pembelian                                     7.200 unit @ Rp. 2.450
14/10     : Penjualan                                      6.000 unit
18/10     : Penjualan                                      7.500 unit
25/10     : Pembelian                                     4.900 unit @ Rp. 2.600
29/10     : Penjualan                                      3.000 unit

Hitunglah  : Persediaan akhir barang dagang dan harga pokok penjualan dengan menggunakan metode penilaian FIFO, LIFO dan AVERAGE dan metode pencatatan Physical dan perpetual.